Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita. Tampilkan semua postingan

Senin, 11 Juli 2011

Google+, Proyek Ambisius Sang Raksasa

Raksasa mesin pencari di dunia maya, Google Inc, akhirnya merilis proyek jejaring sosial berskala raksasa bernama Google+ 28 Juni lalu.

Dikembangkan dengan nama proyek “Emerald Sea”, proyek rahasia ini sendiri memakan waktu satu tahun lebih dan dipimpin oleh Google Senior VP of Social, Vic Gundotra dan Google VP Product of Google Apps, Bradley Horowitz serta diperkirakan menelan biaya sekitar 585 juta dollar.

Google lebih memilih untuk menyebut Google+ (yang disingkat dengan “G+”) sebagai proyek dibandingkan sebagai produk, aplikasi ataupun strategi. Menurut kedua eksekutif ini, alasannya adalah bahwa G+ merupakan ekspansi dari Google itu sendiri dan layanan Google di masa yang akan datang akan selalu diintegrasikan kepada G+.

Pada tahap awal, proyek yang masih dalam versi “field trial” ini hanya bisa dinikmati oleh kalangan terbatas yang menerima undangan dari Google di mana para pengguna tersebut bisa mengirimkan undangan ke beberapa calon pengguna lain melalui email.

Horowitz menegaskan bahwa versi ini ditujukan untuk menguji G+ di pasar serta memperoleh masukan yang lebih banyak dari para pengguna/publik. Selain itu, Google kemungkinan akan membuka dan menutup undangan serta akses login ke G+ pada waktu tertentu.

Sambutan Hangat

Sepak terjang Google di ranah media sosial sebenarnya telah dimulai saat Google Wave, Orkut dan Google Buzz diluncurkan beberapa tahun lalu. Hanya saja ketiganya tidak memperoleh reaksi dan sambutan yang positif dan menggembirakan di pasar. Di sisi lain, peluncuran proyek ini disambut gembira oleh mayoritas Googlist yang berjumlah sekitar 300 juta lebih pengguna.

Beberapa minggu ke depan, terkait dengan layanan Google lainnya yaitu layanan blogging platform Blogger.com dan layanan foto Picasa akan segera diintegrasikan dengan G+. Secara tidak langsung, konsekuensinya adalah bahwa kedua layanan tersebut akan berganti nama menjadi Google Blogs dan Google Photos. 

Tak pelak lagi, dengan hadirnya G+, suasana persaingan memperebutkan ranah jejaring sosial menjadi semakin hangat. Minggu ini Facebook bekerjasama dengan Skype meluncurkan fitur video chat sehingga 750 juta penggunanya di seluruh dunia dapat melakukan video chat baik one-to-one maupun berkelompok. Fitur ini ditengarai merupakan “jawaban” Facebook atas fitur Hangouts di G+. 

Meskipun demikian, Eric Schmidt selaku Google Executive Chairman, menyatakan bahwa Google akan berusaha terus menerus untuk bekerjasama dengan Facebook dan juga Twitter terutama dalam hal integrasi antar platform jejaring sosial.

Dilansir dari situs blog resmi Google, alasan utama yang mendasari lahirnya proyek ini adalah bahwa secara material maupun substansial, platform jejaring sosial yang ada sekarang membuat persahabatan menjadi serupa dengan makanan cepat saji dimana mayoritas pengguna ingin memperoleh sahabat/teman sebanyak mungkin sehingga berbagi menjadi hal yang sulit dan tidak nyaman. 

Fitur Intuitif 

Menurut Google, media sosial seharusnya bisa lebih intuitif dan menawarkan kenyamanan dengan cara menghubungkan para pengguna ke beberapa pengguna lain pada suatu waktu tertentu namun para pengguna tetap dapat membaca stream dari semua pengguna lain kapan saja mereka menginginkannya. 

Untuk mewujudkan hal ini, G+ memiliki fitur bernama “Circle”. Dengan Circle, pengguna dapat mengelompokkan pengguna lain ke dalam satu atau beberapa Circle. Yang menjadi dasar pengelompokkan adalah kriteria tertentu seperti interest, grup, pertemanan, keluarga, mailing list, perusahaan dan lain sebagainya. 

Saat akan melakukan posting content, pengguna dapat memilih Circle mana saja yang akan menerima content tersebut. Selain Circle, pengguna individual juga dapat dipilih. Intinya adalah konten tertentu untuk pengguna tertentu. 

Harapan beberapa pengguna terhadap Circle adalah adanya otorisasi ketika mereka ditambahkan oleh pengguna lain ke dalam Circle-nya. 

Sementara itu kita tentunya tidak akan menerima stream, yang di Facebook dikenal sebagai Feed, dari pengguna lain yang tidak berada di dalam circle kita kecuali kita menginginkannya dengan cara menggunakan fitur “notifications”. 

Jika di Facebook kita mengenai adanya fitur “Like” maka di G+ terdapat fitur bernama “+1”.

Tampilan antar muka G+ sendiri cukup menawan. Kesan awal: “bersih”, minimalis dan intuitif. Ditandai dengan adanya toolbar khas berwarna hitam pada bagian teratas yang dikenal dengan nama “Sandbar”, toolbar ini menyatukan semua layanan yang disediakan oleh Google seperti Gmail, Calendar, Documents, Photo, Reader, Web dan layanan lainnya. Sentralisasi pada Sandbar ini tentunya memudahkan pengguna untuk mengakses layanan yang diinginkan.

Apabila pengguna ingin berinteraksi dengan pengguna lain berdasarkan interest yang sama, mereka bisa menggunakan “Sparks”. Grup dapat dibuat untuk mengelompokkan pengguna berdasarkan interest yang sama. Engine akan menyampaikan informasi dari berbagai situs web sesuai dengan interest yang diinginkan serta mendukung lebih dari 40 bahasa.

Fitur lain adalah “Hangouts” yang akan digunakan untuk teleconference. Pengguna dapat melakukan video chat dengan para plusser, sebutan bagi para pengguna G+. Video chat ini bisa dilakukan via browser komputer dan digunakan oleh maksimal 10 user pada saat yang bersamaan.

Berbagi informasi seputar lokasi pengguna dimungkinkan dengan menggunakan fitur Location. Fitur yang terintegrasi dengan layanan Google Maps ini sifatnya opsional sehingga dapat diaktivasi maupun dinonaktifkan saat pengguna melakukan posting content.

Privasi dan Backup Data

Dari sisi privasi, pengguna dapat mengontrol siapa saja yang dapat melihat profil dirinya dan stream serta profil diri dan stream mana saja yang dapat ditampilkan. 

Google menegaskan bahwa mereka tidak akan memperlihatkan nama Circle yang dimiliki oleh para penggunanya meskipun pengguna tersebut merupakan anggota salah satu Circle milik pengguna lain. 

Sehubungan dengan hal ini, pengguna yang baru saja bergabung dengan G+ mungkin perlu untuk merubah setting notifikasi. Setting ini diperlukan untuk mengontrol notifikasi apa saja yang akan dikirimkan ke akun emailnya. Jika tidak, akun Gmail pengguna akan dibanjiri oleh notifikasi tersebut.

Menjawab kebutuhan para pengguna jejaring sosial akan perlunya back-up atas semua content yang sudah diunggah, Google menyediakan layanan Google Takeout untuk mengunduh seluruh data dan content, tidak hanya di G+, namun juga di layanan Google lainnya seperti Google Profile, Picnik, Google Stream, Google Talk serta Google Buzz. 

Apabila memutuskan untuk tidak lagi menjadi pengguna, profil dan seluruh content di G+ dapat dihapus namun pengguna tetap dapat mengakses Gmail dan layanan Google lainnya.

Google+ Mobile

Layanan G+ sudah bisa dinikmati oleh para pengguna Android dengan cara mengunduh aplikasinya di Android Market. Sistem operasi Android yang dibutuhkan adalah minimal versi 1.5. 

Pada aplikasi tersebut disediakan fasilitas group chat bernama “Huddle” yang dilengkapi dengan fitur location tagging dan mengunggah foto. 

Selain itu terdapat fitur “Instant Upload” yang berguna untuk mempecepat proses unggah foto setelah foto diambil dengan perangkat bergerak yang dimiliki. 

Bagi pengguna iDevices, bisa bersabar. Aplikasi G+ untuk iOS akan diluncurkan dalam waktu dekat. Dari informasi terakhir yang diperoleh, aplikasi ini sudah dikirimkan ke AppStore untuk diverifikasi dan memperoleh approval.

Situs mobile G+ di m.google.com/app/plus dapat diakses oleh para pengguna perangkat bergerak, perangkat genggam dan ponsel cerdas dengan sistem operasi tertentu termasuk sistem operasi Windows Mobile dan Symbian. Untuk sistem operasi iOS dibutuhkan minimal versi 3.x dan untuk BlackBerry OS minimal versi 6.0.

Undangan 

Bagi yang tertarik untuk menggunakan G+, bisa melakukan pendaftaran di situs web G+ untuk memperoleh undangannya. Syaratnya adalah menggunakan akun email Gmail dan diharapkan bersabar untuk menunggu. 

Untuk yang sudah menggunakan, jika ingin mengundang rekan lain untuk bergabung, bisa memanfaatkan tautan pada bagian Send Invitations.

Bagi para pengguna awal G+, apakah anda (mulai) menyukai proyek ini?

Sumber: detikinet.com


Senin, 04 Juli 2011

Hacking di Fox News Twitter laporan kematian Obama

Hacker membobol akun Twitter politik Fox Senin pagi, posting update mengatakan Presiden Barack Obama telah dibunuh.
Serangkaian enam tweet berasal dari FoxNews Politics akun melaporkan bahwa Obama telah ditembak mati di Iowa dan penembak tidak dikenal.
Dalam sebuah pernyataan yang dipasang di situsnya kemudian Senin pagi, Fox News yang disebut tweets "berbahaya" dan "palsu." Dikatakan hacking sedang diselidiki.
Obama berencana untuk menghabiskan liburan Juli Keempat di barbekyu di Gedung Putih dengan keluarga militer dan staf administrasi.
Juru bicara Dinas Rahasia George Olgilvie mengatakan agen tidak akan mengomentari tweets.
Rekening politik Fox Twitter memiliki lebih dari 34.000 pengikut.

Selasa, 28 Juni 2011

Insipirasi Facebook & Microsoft di Bangku KUliah

MICROSOFT, Facebook, FedEx dan Apple. Ini adalah beberapa perusahaan yang sukses di dunia. Namun perusahaan-perusahaan yang dibangun di Amerika Serikat ini memiliki kesamaan, yaitu pemiliknya memulai usaha saat masih jadi mahasiswa.

Berikut adalah daftar 10 orang pengusaha sukses yang berhasil menjalankan bisnisnya saat mereka masih kuliah. Daftar yang dilansir dari Huffingtonpost, Rabu (29/6/2011), ini kami bagi dalam dua tulisan.

1. Mark Zuckerberg

Pada Februari 2004, Zuckerberg mendirikan salah satu situs populer di dunia, Facebook. Saat itu, Zuckerberg masih berusia 19 tahun dan sedang kuliah di Universitas Harvard. Tujuh tahun kemudian, Facebook mengubah wajah masyarakat dunia. Faktanya, satu dari selusin orang di dunia memiliki akun Facebook.

Majalah Time menulis, pria keturunan Yahudi ini berhasil menghimpun 500 juta manusia dunia dalam satu jaringan. Jika Facebook dianalogikan sebagai sebuah negara, maka Facebook akan menjadi negara terbesar ketiga di dunia, setelah China dan India. Zuckerberg diperkirakan memiliki kekayaan USD13,5 miliar atau setara dengan Rp116,4 triliun (satu USD Rp8.627). Kekayaannya itu membuat Zuckerberg dinobatkan sebagai miliarder termuda dalam sejarah.

2. Bill Gates

Sebagai mahasiswa di Harvard, Bill Gates memiliki banyak ide besar. Setelah berhasil membuat sebuah emulator yang digunakan pada komputer mini, Gates mengambil cuti dari Harvard. Dia bekerja bersama temannya, Paul Allen di perusahaan perangkat lunak, MITS.

Di sini, Gates membuat prosesor dan interface komputer yang masih digunakan hingga saat ini, serta beberapa PC pertama yang didistribusikan secara luas. Kemudian, dia mendirikan Microsoft yang memonopoli pasar perangkat lunak komputer. Pada Maret 2011, Forbes memperkirakan Gates memiliki kekayaan sekira USD56 miliar atau setara dengan Rp483,1 triliun.

3. Michael Dell 

Sebagai mahasiswa pra-kedokteran di University of Texas, Austin, Dell memulai bisnis kecil di asramanya pada 1984. Bisnis ini berjalan baik hingga akhirnya go public pada 1988. Kini, perusahaan Dell bernilai USD14, 6 miliar.

Kecemerlangan dan keterampilan Dell sebagai inovator muncul kembali pada 2007, setelah meninggalkan posisi CEO pada 2004. Dia kembali untuk membantu perusahaan dan melakukan perubahan besar. Berkat karya come back-nya, pendapatan perusahaan naik hingga lima persen. Tahun lalu, kekayaan pribadi Dell diperkirakan USD1,1 miliar atau setara dengan Rp9,490 triliun.

4. Bo Peabody

Pada 1992, Bo Peabody merupakan mahasiswa di Williams College. Peabody dan Bretty Hershey mulai bekerja bersama profesor ekonomi mereka untuk merancang salah satu jaringan sosial. Hari ini, usaha yang mereka bangun dikenal sebagai Tripod.com. Situs ini menawarkan layanan web hosting yang memungkinkan mahasiswa dan orang dewasa untuk membangun dan mengunggah situs sendiri. Pada 1998, Peabody menjual perusahaannya kepada Lycos.

Dengan uang di tangan, Peabody menjadi Wakil Presiden Strategi Jaringan dan menjualnya. Dia kembali menemukan Streetmail, VoodooVox, FullTurn Media dan UplayMe. Kini, Peabody merupakan Managing General Partner of Villages Ventures. Ini adalah  perusahaan ventura tahap awal dengan kekayaan lebih dari USD175 juta atau setara dengan Rp1,5 triliun di bawah manajemen.

5. Jerry Yang dan David Filo

Pada 1994, sebagai mahasiswa pascasarjana di Stanford University, Jerry Yang dan David Filo mulai menjelajah dunia maya. Mereka banyak berselancar. Kemudian, mereka memutuskan untuk mengorganisasi kesenangan mereka berselancar. Direktori Yahoo! pun lahir. Direktori ini diciptakan untuk membantu teman mereka di Stanford agar bisa menemukan situs yang keren.

Semua berjalan baik hingga akhirnya Yang memutuskan berhenti kuliah untuk mulai bekerja penuh waktu di Yahoo!. Biografi resmi Yang mengandung lelucon bahwa saat ini, Yang sedang cuti dari program Ph.D di Stanford. Filo dan Yang go public pada 1996 dan sekarang mengklaim memiliki 500 juta pengguna.

Sumber: okezone.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money